Khusyuk Cahaya Kehidupan

Khusyuk Cahaya Kehidupan


*Bagian Pertama


                Apa yang dimaksud dengan khusyuk ?

                Khusyuk dalam bahasa Arab berarti tunduk, rendah diri, dan tenang.  Allah Subhanahu wata’ala berfirman, [Thaahaa: 108]
يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ ۖ وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَٰنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا [٢٠:١٠٨]
Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.

                Yang dimaksud khusyuk (merendahkan suara) dalam ayat tersebut adalah tenang, tunduk, dan mengecilkan volume suara

                Kata Khusyu’ relevan dengan kata khuduu’, hanya saja kata yang kedua dipakai untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat lahiriyah, sedangkan kata yang pertama lebih umum dan mencakup seluruh anggota badan.

                Orang khusyuk adalah orang yang sudi merendahkan diri layaknya gubuk yang telah dikosongkan.  Dalam hal ini, Nabighah adz-Dzibyani pernah melantunkan sebuah bait sebagai berikut,
                Penuh abu bak celak mati
                Kabut tebal ingin ku menembusnya
                Jauh bak di seberang samudera
                Terpisah, pasrah, dan putus asa


                Khusyuk dalam pandangan Syariat

                Khusyuk menurut para ulama adalah kelembutan hati dan kata-kata, ketundukan dan pasrahnya nafsu ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala. Dari sini, sikap membangga-banggakan diri dan takabur akan hilang, lalu diganti dengan sikap menempatkan diri sesuai dengan kedudukan seorang hamba di hadapan Dzat yang berhak untuk disembah.  Dialah sebenar-benarnya hamba yang beribadah, baik aktif, maupun pasif karena perintah Allah.

                Oleh karena itu, khusyuk merupakan sebuah komitmen beramal demi ketaatan kepada Allah dan meninggalkan maksiat sebuah kondisi jiwa yang tenang dan berwibawa dari anggota jasmani;  terpengaruhnya hati dengan kebesaran, keagungan, dan kedikdayaan Allah; sikap hati tunduk dan pasrah di hadapan Allah; terpancarnya cahaya hati untuk mengagungkan Allah dan padamnya api hawa nafsu serta syubhat-syubhat; menerima dan mengakui kebenaran meski bertentangan dengan nafsu dan kenginan manusiawi.

                Demikianlah, khusyuk dalam pandangan syariat menjadi amalan sunnah yang mengandung makna rendah diri, pasrah, dang mengakui Allah sebagai Rabb semesta alam, sekaligus menyimpan substansi ta’zhim (pengangungan), cinta hakiki, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran.


Referensi Utama :
Kitab Al-Khusyuu’ Wa ‘Atsaruhuu fii Binaa’I al Ummah, karya Syaikh Salim bin Ied al-Hilali.

Diterjemahkan oleh Sugeng Hariyadi, yang diterbitkan Ziyad Visi Media

Posting Komentar

0 Komentar