Dosa ke-1 : SYIRIK


DOSA KE-1

-SYIRIK-


Dosa paling besar adalah syirik kepada Allah. Syirik terbagi menjadi dua macam :

Pertama, menjadikan sekutu bagi Allah dan disamping beribadah kepada-Nya juga beribadah kepada selain-Nya, baik kepada batu, pohon, matahari, bulan, Nabi, seorang syekh, bintang, malaikat, atau bentuk lainnya. Inilah syirik akbar yang telah Allah sebut dalam firman-Nya :

“Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Dia mengampuni segala dosa selain syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya..” (An-Nisaa : 48)

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surge, dan tempatnya ialah neraka..” (Al-Maidah : 72)

“ Nabi saw bersabda, ‘Maukah aku beri tahukan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?’ Beliau mengucapkannya tiga kali. Para sahabat menjawab, ‘Mau, ya Rasulallah.’ Beliau Melanjutkan, ‘yaitu Syirik kepada Allah dan durhaka kepada orangtua’…..”[1]

Kedua, Riya’ dengan amalan-amalannya. Sebagaimana firman Allah 'azza wa jalla, “Barangsiapa mengharap perjumbaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (Al-Kahfi : 110). Maksudnya, janganlah ia riya’ (ingin dilihat orang lain) dengan amalannya.

Rasulallah saw bersabda,  ‘Jauhilah oleh kalian syirik kecil !’ Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulallah, apa itu syirik kecil?’ Rasulallah saw bersabda, ‘Riya’. [2]

Allah 'azza wa jalla berfirman pada hari saat orang-orang diberi balasan atas amal-amal mereka, ‘Temuilah orang-orang yang dulu kalian perlihatkan amalan kalian kepada mereka di dunia, lalu lihatlah apakah kalian mendapati ada balasan di sisi mereka?’[3]

Sebagian orang bijak[4] ditanya mengenai orang yang ikhlas, maka ia menjawab, “Orang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan kejelekannya.”

Sebagian mereka juga ditanya, “ ‘Apa puncak keikhlasan?’ Ia Menjawab, ‘Engkau tidak senang mendapatkan pujian manusia’ “

“Fudhail bin Iyadh[5] berkata, ‘Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’, beramal untuk manusia adalah syirik, dan ikhlas ialah Allah menyelematkanmu dari keduanya.“[6]

Catatan :
[1] HR Bukhori dalam Asy-Syahaadaat : Juz; V/no. 2653, 2654. Dari hadits Abu Bakrah (lihat kitab Fathul Baari)
[2] Muttafaq alaihi
[3] HR. Ahmad dalam Musnad-nya, Juz :V/428. Al-albani menyebutkannya dalam As-silsilatush Shahiihah (951) dan ia berkomentar, “sanadnya bagus”.
[4] Yaitu Ya’qub Al-Makfuf, disebutkan oleh Al-Ghazali dalam Al-Ihya’, Juz : IV/378
[5] Fudhail bin Iyadh bin Mas’ud At-Tamimi, Abu Ali. Beliau seorang ahli zuhud yang masyhur. Asalnya dari Khurasan dan diberi gelar tsiqoh (yang terpercaya), aabid (ahli ibadah) dan seorang imam. Beliau wafat tahun 187 H. (Taqrib, Juz : II/113).
[6] Disebutkan oleh Al-Ghazali dalam Al-Ihya’, Juz IV/282. Dan ini merupakan perkataan Fudhail bin Iyadh.







                          

Posting Komentar

0 Komentar