Belajar Husnuzhan dari Kisah Shafiyyah



Bismillahirrhmanirrahim,

Pernahkah ketika kita sedang jalan santai, entah dengan jalan kaki atau berkendara, kita menemui ada seorang laki-laki dan perempuan yang usiannya masih muda, namun sudah bergandengan tangan, saling rangkulan, atau suap-suapan. Kadangkali sempat terlintas di benak kita bahwa orang itu telah melakukan maksiat, pacaran. “dasar pendosa! bisanya pacaran terus..” begitu pikir kita. 

Tapi tahukah anda bahwa bisa saja apa yang kamu pikirkan itu salah ? Dan jika salah maka kalian akan melakukan perbuatan dosa yang keji, yakni Su’udzon atau berprasangka buruk terhadap orang lain…
Mari kita belajar dari kisah Shafiyyah binti Huyay Radhiallahu anha..


Imam Bukhori meriwayatkan (2030), Imam Muslim (5730) :
“Dari Shafiyyah binti Huyay Radhiallahu anha berkata :

“Suatu ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang I’tikaf dan aku mendatangi beliau pada suatu malam, lalu aku berbicara kepadanya, sesudah itu aku berdiri hendak pulang, dan beliau berdiri pula mengantarku (ketika itu Shafiyyah tingggal di kampung Usamah bin Zaid Radhiallahu anhuma). 

Lalu tiba-tiba lewatlah dua orang laki-laki Anshar. Tatkala mereka melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka pun mempercepat langkahnya. 

Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada mereka :’Berhentilah kalian! Ini adalah isteriku, Shafiyyah binti Huyay’. 

Mereka menjawab : “Subhanallah, wahai Rasulallah!” (tidak mngkin kami berburuk sangka kepadamu tentang wanita yang bersamamu –pen). 

Beliau bersabda : “Sesungguhnya syaithon berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darah.  Aku khawatir kalau-kalau syaithon membisikan keburukan ke dalam hati kalian” atau berkata : ‘sesuatu’.”


Hal yang menakjubkan dari dalam kisah ini adalah bahwasanya mustahil bagi seorang muslim berprasangka buruk kepada Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu bagaimana hal itu terjadi kepada dua sahabat?!

Hal ini merupakan dalil yang jelas bahwa syaithanlah penggerak prasangka buruk. Lalu langkah aman apa yang bisa diambil seseorang agar terhindar dari syaithon dalam permasalahan ini?.


Ibn Hajar rahimahullahu ta’ala berkata dalam kitab “Fathul Baari” (4/280) : 

“Kesimpulan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menisbatkan mereka berdua (sahabat Nabi) berburuk sangka, dimana Nabi telah menetapkan kejujuran iman pada mereka berdua, akan tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam khawatir syaithon membisikkan keburukan kepada mereka, karena mereka berdua bukan ma’shum (terpelihara dari dosa). Hal Itu bisa menyeret kepada kehancuran. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallamsegera memberitahu mereka sebagai tindakan pencegahan, dan pembelajaran bagi orang setelahnya jika terjadi kasus yang sama”.


Dalam hadits ini mengandung faedah-faedah diantaranya :


1) Menggambarkan kasih dan sayangnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallamterhadap umatnya dengan membimbing mereka untuk menghindari perbuatan dosa.
2) Dalam hadits tersebut juga ada isyarat untuk berhati-hati dari perbuatan su’udzhan, berjaga-jaga dari makar syaithon.
3) Memberikan I’tizaar (pemaafan atau membenarkan alasan agar kita tidak terjatuh ke dalam berburuk sangka) kepada orang lain.


Referensi utama : Kitab Husnuzhzhan Binnas, karya Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani, yang diterjemahkan oleh pustaka khazanah fawa'id


Maka mulai sekarang mari kita biasakan berbaik sangka terhadap orang lain, karena dosa ini dapat membuat hati kita keras sehingga mudah mencari kesalahan-kesalahan orang lain.  Ketika ada pandangan pertama terhadap dua pasangan maka langsung tanamkan di pikiran kita bahwa pasangan tersebut merupakan suami istri.  Tutup celah syaithan, Niscaya kalian akan selamat.!

Jazakumullah Khoiran..!


Jika dirasa bermanfaat silahkan share ulang…

Posting Komentar

0 Komentar