Seorang Profesor
dibidang kimia berkata kepada murid-muridnya ketika sedang mengajarkan materi dasar-dasar
kimia hijau, “Seorang yang berpoligami cenderung tidak ‘adil terhadap istri yang
pertama”. Dan sebagai contoh, beliau
menyebut pelaku poligami yang tidak ‘adil tersebut. Seorang yang disebutkan namanya tadi adalah
seorang ‘alim terkemuka di kalangan masyarakat indonesia. Namanya sering tampil di telivisi, sehingga
sebagian besar mahasiswa di kelas tersebut mungkin mengenalnya.
Falah Firdaus pun
bergumam:
- · Jika apa yang dikatakan Profesor itu benar maka yang ia lakukan adalah menggibah, dan jika yang dikatakan ternyata salah maka dia telah memfitnahnya. Jika memang ingin diceritakan suatu kisah nyata agar memberikan ibrah, maka samarkan saja namanya.
- · Sang Profesor telah menanamkan gagasan yang tidak baik kepada mahasiswanya. Bagi seorang yang awam, pendapat dosennya dapat dijadikan dalil untuk dirinya agar menolak, menjauhi, bahkan membenci syari’at poligami. Padahal poligami adalah syari’at yang mulia, diturunkan oleh Allah yang Maha Penyayang kepada hambanya. Seandainya jiwa kita belum cukup bersih untuk menerima syari’at poligami, maka tak perlu kita menghujat seorang hamba yang melakukan syari’at tersebut. Apakah kita akan membenci orang yang shalat tahajjud, sementara kita belum bisa melakukannya?
- · Sebaiknya seorang yang ahli dibidang kimia tidak membicarakan apa yang tidak dipakarinya. Jika seandainya setiap orang berhak untuk ‘berbicara’, maka boleh juga tukang gorengan untuk berkata tentang kimia.
- · Materi dasar-dasar kimia hijau tidak ada hubungannya dengan materi poligami.
·
Catatan:
Cerita yang berada dalam “Diary Hikmah” berdasarkan kisah nyata di
kehidupan penulis. Bukan bermaksud menggurui atas kejadian yang terjadi, tetapi
untuk dijadikan pembelajaran dan pengalaman untuk lebih baik lagi. Mari kita
ambil pelajaran setiap momen yang Allah ta’ala berikan di kehidupan
0 Komentar